Pendidikan Di Mata Kartini
Oleh: Hidayatul Maulidah
Siapa sih yang nggak kenal Kartini,
wanita hebat asal Jepara keturunan
ningrat yang mendobrak adat feodal suku jawa yang membelenggu dan mendominasi
kehidupan yang mengarah pada penderitaan terutama kaum wanita. Sebegitu
hebatnya Kartini hingga Ia dikenang sebagai pahlawan Indonesia. Bagaimana tidak
Ia berhasil mendirikan sekolah khusus
untuk perempuan di Eranya. Era dimana pendidikan hanya dapat dirasakan oleh
kaum golongan atas dan lebihnya untuk kaum laki –laki. Dikarenakan pada Era
kartini wanita hanya diperbolehkan mengenyam pendidikan dibangku SD, yang jaman
dulu disebut HIS (Hollands-Inlandsche School), sekolah dasar untuk Pribumi.
Setelah menamatkan Sekolah dasar wanita mulai dipinggit, begitu juga kartini.
Sebagai keturunan priyayi, Kartini melihat dunia dan lingkungannya dengan sikap
kritis. Perkembangan intelektualitas Kartini dipengaruhi oleh kegemaran membaca
dan sahabat penanya yang di dominasi orang Belanda. Kegemaran Kartini membaca mendorongnya untuk berfikir
dan menyuarakan dalam suratnya yaitu : “Hendaknya cinta pusaka pada murid –
murid ditingkatkan sebanyak – banyaknya dan agar ada hasilnya. Seyogianya
diberikan bimbingan membaca oleh guru –guru yang suka pula pada bacaan yang
dibaca selalu dibicarakan. Murid – murid sedapatnya didorong maju untuk
bertukar pikiran diatara mereka sendiri, misalnya diadakan malam – malam
bercakap –cakap di bawah pimpinan guru –guru, disitu dibicarakan perkara
peristiwa yang penting –penting. Murid –murid memikirkan hal itu dan
menguraikan pikiran pada pertemuan berikutnya. Jangan tertawakan mereka bila
mengemukakan teori – teori asing. Tetapi tolonglah mereka mencari penyelesaian
secara bijaksana, lemah lembut dan penuh kasih sayang “ . Dimata Kartini bahan
bacaan adalah alat pendidikan yang mendatangkan kebajikan dan memiliki dasar
mendidik.
Dimata Kartini pendidikan
merupakan hal penting, sebab pendidikan dinilainya mampu menggangkat derajat
dan martabat bangsanya. Karena Kartini, mendambakan manusia yang mampu
mempertahankan harkat dan martabatnya. Lebih menariknya lagi Kartini konsisten
mengemukakan pendidikan yang mengasah budi peketi, tersirat pada surat yang
dikirimkannya padd Nyonya R.M Abedanon – Mandiri tertanggal 3 Januari 1902,
“Didiklah orang Jawa”, Kartini berkata : Terhadap pendidikan itu janganlah
hanya akal saja yang dipertajam, tetapi budi pun harus dipertinggi”. Sedangkan
mengenai ketinggian budi pekerti, Kartini berulang lagi menegaskan dalam
suratnya. Dalam tulisan yang berjudul “ Berilah Orang Jawa Pendidikan”,
tertanggal 03 Januari 1903 yang intinya, pendidikan bagi Kartini berarti tidak
boleh mengabaikan penanaman budi pekerti. Dimana pendidikan tidak bersentral di
sekolah, namun juga dirumah sebab dirumahlah pendidikan itu berasal. Dalam
notanya yang berjudul “ Berilah Orang Jawa Pendidikan” ,Kartini berkata : Guru
memiliki tugas rangkap ,menjadi guru dan pendidik !. Mereka harus melaksanakan
pendidikan rangkap itu yaitu pendidikan pikiran dan budi pekerti.
Pada titik ini Kartini mengharap
agar kaum wanita memiliki kemampuan prima dalam mendidik anak –anaknya. Seperti
yang di ucap kartini “ Perempuan itu soko guru peradaban “, dimana perempuan
itu sendiri merupakan kunci peradaban. Kartini memiliki dasar kuat tentang
pendidikan bagi perempuan, sebab perempuan merupakan pendidik pertama bagi anak
– anak. Ditangan perempuan anak –anak akan tumbuh. Seperti juga yang pernah di
ucapkan aktris Indonesia yang sejalan dengan pemikiran Kartini. Dian
sastrowardoyo berkata , “ Entah pada akhirnya mau berkarir atau hanya menjadi
ibu rumah tangga saja. Wanita wajib berpendidikan tinggi karena seorang wanita
akan menjadi seorang Ibu. Ibu – ibu cerdas melahirkan anak –anak cerdas pula.
Menurut Kartini kemajuan
perempuan merupakan faktor penting peradaban bangsa . Seperti halnya yang telah
tertulis sebelumnya perempuan merupakan soko guru peredaban. Tapi tidak
mengurangi arti penting pendidikan akal dan budi pekerti untuk wanita, dimata
Kartini wanita berpendidikan tinggi bukan semata – mata untuk menyaingi kaum
laki –laki . Sepeti yang diungkapkannya pada surat yang ditulisnya kepada
Prof.Anton dan Nyonya pada 04 Oktober 1902 : Kami disini dimohon di usahakan pengajaran dan
pendidikan anak perempuan, bukan sekali –kali karena kami meninginkan anak perempuan
itu menjadi saingan laki – laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi kami yakin
pengaruhnya yang besar sekali bagi kamu wanita, agar wanita lebih cakap
melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri kedalan
tangannya. Menjadi Ibu,pendidik manusia yang pertama-tama.
Semoga pendidikan
dapat membangun kesadaran anak – anak bangsa. Melalui pendidikan anak –anak
bisa tumbuh menjadi manusia dewasa dan mandiri. Sehingga mampu mempertahankan
harkat dan martabatnya. Semoga juga Kartini tidak hanya sekedar lewat sebagai
hari perayaan saja, namun mampu menginspirasi kita memenuhi panggilan budi
dalam masyarakat terhadap bangsa yang lebih maju dalam berproses dan
berpendidikan. Wallahualam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar