Senin, 18 November 2013

Pendidikan Di Mata Kartini



Pendidikan Di Mata Kartini

Oleh: Hidayatul Maulidah

Siapa sih yang nggak kenal Kartini, wanita hebat asal Jepara  keturunan ningrat yang mendobrak adat feodal suku jawa yang membelenggu dan mendominasi kehidupan yang mengarah pada penderitaan terutama kaum wanita. Sebegitu hebatnya Kartini hingga Ia dikenang sebagai pahlawan Indonesia. Bagaimana tidak Ia  berhasil mendirikan sekolah khusus untuk perempuan di Eranya. Era dimana pendidikan hanya dapat dirasakan oleh kaum golongan atas dan lebihnya untuk kaum laki –laki. Dikarenakan pada Era kartini wanita hanya diperbolehkan mengenyam pendidikan dibangku SD, yang jaman dulu disebut HIS (Hollands-Inlandsche School), sekolah dasar untuk Pribumi. Setelah menamatkan Sekolah dasar wanita mulai dipinggit, begitu juga kartini. Sebagai keturunan priyayi, Kartini melihat dunia dan lingkungannya dengan sikap kritis. Perkembangan intelektualitas Kartini dipengaruhi oleh kegemaran membaca dan sahabat penanya yang di dominasi orang Belanda. Kegemaran  Kartini membaca mendorongnya untuk berfikir dan menyuarakan dalam suratnya yaitu : “Hendaknya cinta pusaka pada murid – murid ditingkatkan sebanyak – banyaknya dan agar ada hasilnya. Seyogianya diberikan bimbingan membaca oleh guru –guru yang suka pula pada bacaan yang dibaca selalu dibicarakan. Murid – murid sedapatnya didorong maju untuk bertukar pikiran diatara mereka sendiri, misalnya diadakan malam – malam bercakap –cakap di bawah pimpinan guru –guru, disitu dibicarakan perkara peristiwa yang penting –penting. Murid –murid memikirkan hal itu dan menguraikan pikiran pada pertemuan berikutnya. Jangan tertawakan mereka bila mengemukakan teori – teori asing. Tetapi tolonglah mereka mencari penyelesaian secara bijaksana, lemah lembut dan penuh kasih sayang “ . Dimata Kartini bahan bacaan adalah alat pendidikan yang mendatangkan kebajikan dan memiliki dasar mendidik.
Dimata Kartini pendidikan merupakan hal penting, sebab pendidikan dinilainya mampu menggangkat derajat dan martabat bangsanya. Karena Kartini, mendambakan manusia yang mampu mempertahankan harkat dan martabatnya. Lebih menariknya lagi Kartini konsisten mengemukakan pendidikan yang mengasah budi peketi, tersirat pada surat yang dikirimkannya padd Nyonya R.M Abedanon – Mandiri tertanggal 3 Januari 1902, “Didiklah orang Jawa”, Kartini berkata : Terhadap pendidikan itu janganlah hanya akal saja yang dipertajam, tetapi budi pun harus dipertinggi”. Sedangkan mengenai ketinggian budi pekerti, Kartini berulang lagi menegaskan dalam suratnya. Dalam tulisan yang berjudul “ Berilah Orang Jawa Pendidikan”, tertanggal 03 Januari 1903 yang intinya, pendidikan bagi Kartini berarti tidak boleh mengabaikan penanaman budi pekerti. Dimana pendidikan tidak bersentral di sekolah, namun juga dirumah sebab dirumahlah pendidikan itu berasal. Dalam notanya yang berjudul “ Berilah Orang Jawa Pendidikan” ,Kartini berkata : Guru memiliki tugas rangkap ,menjadi guru dan pendidik !. Mereka harus melaksanakan pendidikan rangkap itu yaitu pendidikan pikiran dan budi pekerti.
Pada titik ini Kartini mengharap agar kaum wanita memiliki kemampuan prima dalam mendidik anak –anaknya. Seperti yang di ucap kartini “ Perempuan itu soko guru peradaban “, dimana perempuan itu sendiri merupakan kunci peradaban. Kartini memiliki dasar kuat tentang pendidikan bagi perempuan, sebab perempuan merupakan pendidik pertama bagi anak – anak. Ditangan perempuan anak –anak akan tumbuh. Seperti juga yang pernah di ucapkan aktris Indonesia yang sejalan dengan pemikiran Kartini. Dian sastrowardoyo berkata , “ Entah pada akhirnya mau berkarir atau hanya menjadi ibu rumah tangga saja. Wanita wajib berpendidikan tinggi karena seorang wanita akan menjadi seorang Ibu. Ibu – ibu cerdas melahirkan anak –anak cerdas pula.
Menurut Kartini kemajuan perempuan merupakan faktor penting peradaban bangsa . Seperti halnya yang telah tertulis sebelumnya perempuan merupakan soko guru peredaban. Tapi tidak mengurangi arti penting pendidikan akal dan budi pekerti untuk wanita, dimata Kartini wanita berpendidikan tinggi bukan semata – mata untuk menyaingi kaum laki –laki . Sepeti yang diungkapkannya pada surat yang ditulisnya kepada Prof.Anton dan Nyonya pada 04 Oktober 1902 :  Kami disini dimohon di usahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali –kali karena kami meninginkan anak perempuan itu menjadi saingan laki – laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi kami yakin pengaruhnya yang besar sekali bagi kamu wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri kedalan tangannya. Menjadi Ibu,pendidik manusia yang pertama-tama.
Semoga pendidikan dapat membangun kesadaran anak – anak bangsa. Melalui pendidikan anak –anak bisa tumbuh menjadi manusia dewasa dan mandiri. Sehingga mampu mempertahankan harkat dan martabatnya. Semoga juga Kartini tidak hanya sekedar lewat sebagai hari perayaan saja, namun mampu menginspirasi kita memenuhi panggilan budi dalam masyarakat terhadap bangsa yang lebih maju dalam berproses dan berpendidikan. Wallahualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar