Senin, 18 November 2013

Karakter pendidikan dalam teologi aswaja



‘’Karakter pendidikan dalam teologi aswaja’’
Oleh: Fatkhur Rokhman

Sebagai bangsa dan Negara (nation and state), Indonesia dikenal dunia sebagai Negara yang kaya akan nilai-nilai kebangsaan. Kekayaan nilai-nilai kebangsaan tercermin dalam keanekaragaman sosial, politik, budaya, dan bahasa  melalui kerukunan dan kebersamaan hidup, musyawarah mencapai mufakat, gotong royonh, tenggang rasa (teposeliro) dan pastinya kepercayaan kepada Tuhan swt. Nilai-nilai kebangsaan tersebut diwariskan kepada generasi bangsa ini melalui sebuah lembaga pranata sosial yaitu keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan (sekolah) yang kita sebut  pendidikan.
Namun demikian, seiring dengan tantangan zaman yang semakin kompleks dan mengglobal serta arus informasi yang sulit dibendung dan difilter mengakibatkan pudarnya nilai-nilai karakter bangsa dikalangan generasi muda bangsa ini dengan indikasi pergeseran nilai etika dan nilai budaya. Gejala itu diakibatkan oleh carut marutnya kompleksitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Beberapa misalnya besarnya kesenjangan taraf kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Begitu besar perbedaan antara orang kaya dan miskin. Ketidakpastian hukum kepada masyarakat kecil. Yang punya bisa dengan seenaknya mengendalikan hukum sementara yang tidak punya berulangkali menjadi korban hukum walau kasus yang diterimanya sangat sepele.
Lebih dari itu maraknya pergaulan bebas dan pornografi dikalangan remaja kita sudah sangat meresahkan bahkan sudah pada titik kulminasi yang kalau tidak segera dilakukan pembinaan sejak dini maka generasi bangsa ini akan rusak. Mereka mulai berpikir bahwa pergaulan bebas adalah hal biasa. Kurangnya kontrol orang tua dan rasa peduli dari pendidik di sekolah mengakibatkan para remaja yang notabene adalah siswa dengan leluasa melangkah melakukan hubungan bebas dengan lain jenis.  Oleh karenanya perlu dilakukan revitalisasi tentang nilai-nilai karakter bangsa melalui pendidikan karakter di sekolah melalui pembelajaran di kelas.
Kata pendidikan sebagai kata benda didalam bahasa Arab ialah tarbiyah dengan kata kerja mendidik atau rabba bermakna usaha dan kegiatan pembinaan pribadi, kepemimpinan, pemeliharaan. Pembinaan pribadi, kepemimpinan, dan pemeliharaan mengandung kegiatan pengajaran yaitu penyampaian ajaran, member contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide pembentukan pribadi yang sejalan dengan nilai-nilai kepribadian bangsa. Dan karakter bangsa merupakan pilar penting dan ibarat kemudi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter merupakan warisan luhur bangsa Indonesia. Sejak lama dalam kehidupan keseharian para pendiri bangsa ini sudah mengajarkan kepada putra-putrinya tentang karakter bangsa. Namun demikian seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa pendidikan karakter ini belum terimplementasikan dengan baik atau terjadi broken-line dari generasi sebelumnya sehingga warisan luhur itu menjadi putus. Dengan demikian perlu dipikirkan bagaimana memasukkan nilai-nilai karakter itu dalam mata pelajaran. Salah satu pelajaran yang dikaji dalam tulisan ini adalah matapelajaran bahasa Inggris. Selama ini bahasa Inggris hanya berjalan sebagai pelajaran saja karena sekolah orientasi pada bagaimana siswa lulus ujian nasional bahasa Inggris. Jauh dari itu sebenarnya guru bisa menerapkan pendidikan karakter dalam matapelajaran bahasa Inggris. Oleh karenanya revitalisasi pendidikan karakter bangsa berbasis nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah dalam matapelajaran bahasa Inggris ini ditulis.
Ahlussunah wal jamaah merupakan salah satu teologi keagamaan yang ada dalam islam. Menurut sejarahnya paham teologi keagamaan ini di cetuskan oleh Abu Al-Hasan al-Asy’ari  dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Kemunculan aswaja tidak bisa lepas dari friksi-friksi yang muncul antar kelompok islam setelah wafatnya para Khulafaur Rosyidin (Abu Bakar Assiddiq, Umar bin Khotab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib). Istilah ahlussunnah wal jamaah ini sudah diprediksi Rosulillah dalam hadistnya riwayat HR. Thabarani yang artinya “Kaum Yahudi akan terpecah menjadi 71 firqah/golongan, kaum Nasrani akan terpecah menjadi 72 firqah/golongan sedangkan umatku (Islam) akan terpecah menjadi 73 firqah/golongan. Yang selamat di antara mereka itu hanya satu, sedangkan sisanya binasa. Para sahabat bertanya “Siapakah yang selamat itu ?” Nabi SAW menjawab “Ahlussunnah wal Jamaah”. Para sahabat bertanya “Siapakah yang disebut Ahlussunnah wal Jamaah itu ? Nabi SAW menjawab “Apa yang aku perbuat hari ini dan para sahabatku”.
Secara lughawi (bahasa) istilah Aswaja berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata ahlun, sunnah dan al-jama’ah. Masing-masing mempunyai makna, sebagai berikut :
Kata ahl berarti keluarga atau famili. Jika kata tersebut dikaitkan dengan suatu aliran atau madzhab menurut Fairuzabadi (dalam Darsono:2006) berarti pemeluk aliran atau madzhab tersebut atau pengikut (ashab) madzhab.
Kata sunnah mempunyai beberapa makna, yaitu bisa diartikan sebagai al-thariqah berarti jalan, sehingga ahlussunnah merupakan thariqah-nya para sahabat dan tabi’in atau berarti  tabiat, perilaku kehidupan, yaitu tabiat dan perilaku kehidupan Nabi saw.
Sedangkan kata  Jama’ah berarti sekumpulan orang-orang banyak yang mempunyai suatu tujuan. Kata Jamaah apabila dikaitkan dengan al-madzahib al-Islamiyyah memang hanya berlaku pada kalangan Sunni, karena di kalangan Khawarij atau Rafidlah belum tersdengar penggunaan al-jama’ah, sedangkan di Mu’tazilah tidak mengabsahkan Ijma’ sebagai produk hukum.
Selakau umat islam yang mengaku umat nabi Muhammad SAW, hendaknya kita mengimani tentang apa yang telah diwariskan nabi terhadap kita dan haruslah mampu mengimplimentasikan dari setiap perjalanan hidup kita. Pendidikan adalah aset bangsa yang paling bernilai. Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu memperhatikan pendidikan. Negara yang maju selalu memperhatikan tentang pendidikan. Pendidikan bukan semata-mata transfer ilmu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain. Pendidikan seyogyanya dijadikan kawah candradimuka penanaman nilai dan pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan. Mari berbuat sesuatu yang penting kepada bangsa dan negara kita yang dimulai dari ruang-ruang kelas kita dengan memperhatikan antara nilai (karakter) dan ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar