‘’Karakter pendidikan dalam teologi aswaja’’
Oleh: Fatkhur Rokhman
Sebagai bangsa dan Negara (nation and
state), Indonesia dikenal dunia sebagai Negara yang kaya akan nilai-nilai
kebangsaan. Kekayaan nilai-nilai kebangsaan tercermin dalam keanekaragaman
sosial, politik, budaya, dan bahasa melalui kerukunan dan kebersamaan
hidup, musyawarah mencapai mufakat, gotong royonh, tenggang rasa (teposeliro)
dan pastinya kepercayaan kepada Tuhan swt. Nilai-nilai kebangsaan tersebut
diwariskan kepada generasi bangsa ini melalui sebuah lembaga pranata sosial
yaitu keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan (sekolah) yang kita
sebut pendidikan.
Namun
demikian, seiring dengan tantangan zaman yang semakin kompleks dan mengglobal
serta arus informasi yang sulit dibendung dan difilter mengakibatkan pudarnya
nilai-nilai karakter bangsa dikalangan generasi muda bangsa ini dengan indikasi
pergeseran nilai etika dan nilai budaya. Gejala itu diakibatkan oleh carut
marutnya kompleksitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Beberapa
misalnya besarnya kesenjangan taraf kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia.
Begitu besar perbedaan antara orang kaya dan miskin. Ketidakpastian hukum
kepada masyarakat kecil. Yang punya bisa dengan seenaknya mengendalikan hukum
sementara yang tidak punya berulangkali menjadi korban hukum walau kasus yang
diterimanya sangat sepele.
Lebih
dari itu maraknya pergaulan bebas dan pornografi dikalangan remaja kita sudah
sangat meresahkan bahkan sudah pada titik kulminasi yang kalau tidak segera
dilakukan pembinaan sejak dini maka generasi bangsa ini akan rusak. Mereka
mulai berpikir bahwa pergaulan bebas adalah hal biasa. Kurangnya kontrol orang
tua dan rasa peduli dari pendidik di sekolah mengakibatkan para remaja yang
notabene adalah siswa dengan leluasa melangkah melakukan hubungan bebas dengan
lain jenis. Oleh karenanya perlu dilakukan revitalisasi tentang
nilai-nilai karakter bangsa melalui pendidikan karakter di sekolah melalui
pembelajaran di kelas.
Kata
pendidikan sebagai kata benda didalam bahasa Arab ialah tarbiyah
dengan kata kerja mendidik atau rabba bermakna usaha dan kegiatan
pembinaan pribadi, kepemimpinan, pemeliharaan. Pembinaan pribadi, kepemimpinan,
dan pemeliharaan mengandung kegiatan pengajaran yaitu penyampaian ajaran,
member contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan
lingkungan sosial yang mendukung ide pembentukan pribadi yang sejalan dengan
nilai-nilai kepribadian bangsa. Dan karakter bangsa merupakan pilar penting dan
ibarat kemudi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter
merupakan warisan luhur bangsa Indonesia. Sejak lama dalam kehidupan keseharian
para pendiri bangsa ini sudah mengajarkan kepada putra-putrinya tentang
karakter bangsa. Namun demikian seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa
pendidikan karakter ini belum terimplementasikan dengan baik atau terjadi broken-line
dari generasi sebelumnya sehingga warisan luhur itu menjadi putus. Dengan
demikian perlu dipikirkan bagaimana memasukkan nilai-nilai karakter itu dalam
mata pelajaran. Salah satu pelajaran yang dikaji dalam tulisan ini adalah
matapelajaran bahasa Inggris. Selama ini bahasa Inggris hanya berjalan sebagai
pelajaran saja karena sekolah orientasi pada bagaimana siswa lulus ujian
nasional bahasa Inggris. Jauh dari itu sebenarnya guru bisa menerapkan
pendidikan karakter dalam matapelajaran bahasa Inggris. Oleh karenanya
revitalisasi pendidikan karakter bangsa berbasis nilai-nilai Ahlussunnah
wal Jama’ah dalam matapelajaran bahasa Inggris ini ditulis.
Ahlussunah
wal jamaah merupakan salah satu teologi keagamaan yang ada dalam islam. Menurut
sejarahnya paham teologi keagamaan ini di cetuskan oleh Abu Al-Hasan
al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-Maturidi. Kemunculan aswaja tidak bisa
lepas dari friksi-friksi yang muncul antar kelompok islam setelah wafatnya para
Khulafaur Rosyidin (Abu Bakar Assiddiq, Umar bin Khotab, Usman bin Affan, dan
Ali bin Abi Tholib). Istilah ahlussunnah wal jamaah ini sudah diprediksi
Rosulillah dalam hadistnya riwayat HR. Thabarani yang artinya “Kaum Yahudi akan
terpecah menjadi 71 firqah/golongan, kaum Nasrani akan terpecah menjadi 72
firqah/golongan sedangkan umatku (Islam) akan terpecah menjadi 73
firqah/golongan. Yang selamat di antara mereka itu hanya satu, sedangkan sisanya
binasa. Para sahabat bertanya “Siapakah yang selamat itu ?” Nabi SAW menjawab “Ahlussunnah
wal Jamaah”. Para sahabat bertanya “Siapakah yang disebut Ahlussunnah
wal Jamaah itu ? Nabi SAW menjawab “Apa yang aku perbuat hari ini dan
para sahabatku”.
Secara lughawi
(bahasa) istilah Aswaja berasal dari bahasa Arab yaitu
dari kata ahlun, sunnah dan al-jama’ah. Masing-masing
mempunyai makna, sebagai berikut :
Kata ahl
berarti keluarga atau famili. Jika kata tersebut dikaitkan dengan
suatu aliran atau madzhab menurut Fairuzabadi (dalam Darsono:2006) berarti
pemeluk aliran atau madzhab tersebut atau pengikut (ashab) madzhab.
Kata sunnah
mempunyai beberapa makna, yaitu bisa diartikan sebagai al-thariqah
berarti jalan, sehingga ahlussunnah merupakan thariqah-nya para
sahabat dan tabi’in atau berarti tabiat, perilaku kehidupan, yaitu tabiat
dan perilaku kehidupan Nabi saw.
Sedangkan
kata Jama’ah berarti sekumpulan orang-orang banyak yang
mempunyai suatu tujuan. Kata Jamaah apabila dikaitkan dengan al-madzahib
al-Islamiyyah memang hanya berlaku pada kalangan Sunni, karena di kalangan
Khawarij atau Rafidlah belum tersdengar penggunaan al-jama’ah, sedangkan di
Mu’tazilah tidak mengabsahkan Ijma’ sebagai produk hukum.
Selakau umat islam yang mengaku umat nabi
Muhammad SAW, hendaknya kita mengimani tentang apa yang telah diwariskan nabi
terhadap kita dan haruslah mampu mengimplimentasikan dari setiap perjalanan
hidup kita. Pendidikan adalah aset bangsa yang paling bernilai. Bangsa yang
besar adalah bangsa yang selalu memperhatikan pendidikan. Negara yang maju
selalu memperhatikan tentang pendidikan. Pendidikan bukan semata-mata transfer
ilmu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain. Pendidikan seyogyanya
dijadikan kawah candradimuka penanaman nilai dan pengembangan ilmu-ilmu
pengetahuan. Mari berbuat sesuatu yang penting kepada bangsa dan negara kita
yang dimulai dari ruang-ruang kelas kita dengan memperhatikan antara nilai
(karakter) dan ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar