Senin, 18 November 2013

Opini Pendidikan



Oleh: Andri Agus Susilo

Assalamu’alaikum wr. Wb.
Cita – cita luhur bangsa dan UUD 45 untuk mencerdaskan, mensejahterakan, dan ikut andil dalam perdamaian dunia. Serta filosofi pancasila khususnya sila ke 2, 3 , dan 5, yang itu semua mencakup keadilan. Yang pada realitanya belum mampu terimplementasikan dengan baik. Baik itu secara substansi maupun secara esensi.
Secara esensi pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada realita yg terjadi masyarakat khususnya pelajar yg ada di Indonesia menganggap bahwasannya pendidikan ( sekolah ) adalah suatu cara untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan mengejar selembar legalitas yg itu berupa ijazah untuk persyaratan dalam dunia pekerjaan. Tanpa memunafikan suatu apapun, pola berfikir yang seperti inilah yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini. Melihat realita ini, sudah jelas bahwa cita – cita luhur bangsa secara esensi  belum mampu terimplementasikan dengan baik.
Secara substansi, struktural di Indonesia memang jelas dan sistemnya pun baik. Namun hal ini tidak d barengi dengan kondisi di lapangan. Coba kita bandingkan antara pendidikan di kota dan di desa. Dalam hal ini banyak ketidak adilan yang terjadi baik dari segi fasilitas maupun wacana. Fasilitas yang di maksud di sini adalah berupa bangunan atau gedung, dan infrastuktur penunjang lainnya yang itu bersifat mengembangkan. Pelajar berprestasi memang ada di semua penjuru jika itu masih berada dalam lingkup kelompok kecil. Namun yang menjadi tolak ukur adalah seberapa besar tingkat prestasi tersebut. Dan sampai mana prestasi tersebut akan di bawa.Sedangkan dalam konteks infrastuktur  sangatlah jelas berbeda. Secara kasat mata pun kita bisa melihat perbedaan tersebut. Megahnya gedung pendidikan dan sarana penunjang yang ada di kota hanyalah akan menjadi khayalan belaka bagi pelajar yang ada di desa. Padahal sarana – sarana tersebut secara tidak langsung akan menjadi alat untuk meningkatkan sebuah prestasi seorang pelajar.
Dalam hal ini pemangku kebijakanlah yg menjadi sentral evaluasi. Namun jika hal itu tidak di tanggapi secara serius, maka sampai kapanpun kondisi seperti inilah yang akan terjadi. Kembali merujuk pada cita – cita bangsa, apakah akan terwujud ataukah hanya akan menjadi puisi indah yang hanya bersifat motivasi. Tanpa sedikitpun berusaha untuk mewujudkannya.
Bukan tanpa usaha sebenarnya. Karena aktifitas pendidikan di bangsa ini pun memang sudah di lakukan. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah maksud dari aktifitas ini. Terlalu munafik saya pikir jika pendidikan di Indonesia saat ini murni untuk mencerdaskan bangsa. Karena masih banyak tunas bangsa yang tidak bisa bersekolah hanya karena tidak mampu membayar mahalnya biaya sekolah. Dan mirisnya adalah ketika biaya sekolah yang itu berupa SPP sudah mampu teratasi, namun masih banyak biaya – biaya lain yang menyulitkan seorang pelajar untuk bersekolah.
Baik itu berupa pungli dengan kedok uang pembangunan, univikasi, sampai deskriminasi jika seorang pelajar tersebut tak mampu menuruti atau menentang kebijakan tersebut. Biaya pembangunan, sudah jelas bahwa pembangunan infrastuktur itu di biayai oleh pemerintah. Namun pada reaitanya masih banyak sumbangan – sumbangan uang gedung. Dan univikasi tentunya. Dengan alibi kedisiplinan univikasi lancar di lakukan. Sampai deskriminasi yang itu merupakan suatu pembodohan yang di lakukan oleh orang – orang yang mengaku berintelektual.
Melihat kondisi yang seperti ini sudah jelas bahwasaanya kemanusian yang terkandung dalam pancasila ke 2 , persatuan di sila ke 3, dan keadilan pada sila ke 5 belum mampu terimplementasikan dari kelompok manapun yang ada di bangsa ini. Sampai pada kesimpulan, bahwsanya masih jauh keinginan kita untuk mewujudkan cita – cita luhur bangsa ini sebelum kita mampu menyelesaikan polemik yang sebenarnya berada di dalam diri kita sendiri.
Semoga dengan ini kita semakin termotivasi untuk mewujudkan cita – cita bangsa Indonesia dengan di mulai dari dalam diri kita sendiri.
“ Singkirkan kutu – kutu dan terbanglah garudaku “

 Wallahul muwafieq illah aqwa mitorieq
Wassalamu’ alaikum wr. wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar