Oleh:
Andri Agus Susilo
Assalamu’alaikum
wr. Wb.
Cita – cita
luhur bangsa dan UUD 45 untuk mencerdaskan, mensejahterakan, dan ikut andil
dalam perdamaian dunia. Serta filosofi pancasila khususnya sila ke 2, 3 , dan
5, yang itu semua mencakup keadilan. Yang pada realitanya belum mampu
terimplementasikan dengan baik. Baik itu secara substansi maupun secara esensi.
Secara
esensi pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada realita yg
terjadi masyarakat khususnya pelajar yg ada di Indonesia menganggap bahwasannya
pendidikan ( sekolah ) adalah suatu cara untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan
mengejar selembar legalitas yg itu berupa ijazah untuk persyaratan dalam dunia
pekerjaan. Tanpa memunafikan suatu apapun, pola berfikir yang seperti inilah
yang terjadi pada bangsa Indonesia saat ini. Melihat realita ini, sudah jelas
bahwa cita – cita luhur bangsa secara esensi belum mampu terimplementasikan dengan baik.
Secara
substansi, struktural di Indonesia memang jelas dan sistemnya pun baik. Namun
hal ini tidak d barengi dengan kondisi di lapangan. Coba kita bandingkan antara
pendidikan di kota dan di desa. Dalam hal ini banyak ketidak adilan yang
terjadi baik dari segi fasilitas maupun wacana. Fasilitas yang di maksud di
sini adalah berupa bangunan atau gedung, dan infrastuktur penunjang lainnya
yang itu bersifat mengembangkan. Pelajar berprestasi memang ada di semua
penjuru jika itu masih berada dalam lingkup kelompok kecil. Namun yang menjadi
tolak ukur adalah seberapa besar tingkat prestasi tersebut. Dan sampai mana
prestasi tersebut akan di bawa.Sedangkan dalam konteks infrastuktur sangatlah jelas berbeda. Secara kasat mata
pun kita bisa melihat perbedaan tersebut. Megahnya gedung pendidikan dan sarana
penunjang yang ada di kota hanyalah akan menjadi khayalan belaka bagi pelajar
yang ada di desa. Padahal sarana – sarana tersebut secara tidak langsung akan
menjadi alat untuk meningkatkan sebuah prestasi seorang pelajar.
Dalam hal
ini pemangku kebijakanlah yg menjadi sentral evaluasi. Namun jika hal itu tidak
di tanggapi secara serius, maka sampai kapanpun kondisi seperti inilah yang
akan terjadi. Kembali merujuk pada cita – cita bangsa, apakah akan terwujud
ataukah hanya akan menjadi puisi indah yang hanya bersifat motivasi. Tanpa sedikitpun
berusaha untuk mewujudkannya.
Bukan tanpa
usaha sebenarnya. Karena aktifitas pendidikan di bangsa ini pun memang sudah di
lakukan. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah maksud dari aktifitas ini. Terlalu
munafik saya pikir jika pendidikan di Indonesia saat ini murni untuk
mencerdaskan bangsa. Karena masih banyak tunas bangsa yang tidak bisa
bersekolah hanya karena tidak mampu membayar mahalnya biaya sekolah. Dan
mirisnya adalah ketika biaya sekolah yang itu berupa SPP sudah mampu teratasi,
namun masih banyak biaya – biaya lain yang menyulitkan seorang pelajar untuk
bersekolah.
Baik itu
berupa pungli dengan kedok uang pembangunan, univikasi, sampai deskriminasi
jika seorang pelajar tersebut tak mampu menuruti atau menentang kebijakan
tersebut. Biaya pembangunan, sudah jelas bahwa pembangunan infrastuktur itu di
biayai oleh pemerintah. Namun pada reaitanya masih banyak sumbangan – sumbangan
uang gedung. Dan univikasi tentunya. Dengan alibi kedisiplinan univikasi lancar
di lakukan. Sampai deskriminasi yang itu merupakan suatu pembodohan yang di
lakukan oleh orang – orang yang mengaku berintelektual.
Melihat
kondisi yang seperti ini sudah jelas bahwasaanya kemanusian yang terkandung
dalam pancasila ke 2 , persatuan di sila ke 3, dan keadilan pada sila ke 5
belum mampu terimplementasikan dari kelompok manapun yang ada di bangsa ini.
Sampai pada kesimpulan, bahwsanya masih jauh keinginan kita untuk mewujudkan
cita – cita luhur bangsa ini sebelum kita mampu menyelesaikan polemik yang
sebenarnya berada di dalam diri kita sendiri.
Semoga
dengan ini kita semakin termotivasi untuk mewujudkan cita – cita bangsa
Indonesia dengan di mulai dari dalam diri kita sendiri.
“ Singkirkan
kutu – kutu dan terbanglah garudaku “
Wallahul muwafieq illah aqwa mitorieq
Wassalamu’ alaikum wr. wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar